Berbagai program pembinaan di dalam Yayasan Oikonomos Papua (YOP)
Oikonomos Foundation (OF) dari Belanda telah mulai bekerja di bidang ekonomi dan pendidikan di daerah Jayawijaya sejak tahun 1995. Pada tahun 2004 telah didirikan Yayasan Oikonomos Papua (YOP) sebagai Yayasan lokal yang menjalankan program perkembangan masyarakat. Pada tahun 2006 YOP telah dibagi dua, yaitu Yayasan Kristen Wamena (YKW) dan Yayasan Oikonomos Papua (YOP). YKW didirikan untuk menangani semua kegiatan di bidang pendidikan, sedangkan YOP konsentrasi ke bidang pembangunan ekonomi.
Sejarah program Perdagangan desa:
Untuk melihat potensi masyarakat untuk berbisnis dan untuk melihat peluang dan kebutuhan pasar telah dibuat berbagai survey di pos-pos di daerah Jayawijaya yang masih susah untuk dijangkau. Pada satu saat ada kesan bahwa banyak daerah memiliki potensi untuk memasarkan hasil bumi tetapi masyarakat belum mampu untuk memasarkan hasil bumi mereka ke pasar secara mandiri karena pengetahuan yang kurang tentang cara pemasaran yang effektif dan karena infrastruktur yang susah.
Untuk membantu masyarakat yang masih lemah dalam hal pemasaran, maka telah dimulai dengan program Sumur Susah di Kobakma karena disitu telah dilihat potensi besar untuk menghasilkan kacang tanah yang kemudian dapat dijual di pasar di kota.
Pada tahun 2004 ada seorang Bapak (Bogola Gwangi) yang datang dari pos Kobakma ke kota Wamena dan disitu dia belajar sedikit tentang cara pengelolaan suatu usaha kecil. Kemudian telah dibelanjakan barang toko dengan uang 1.200.000 dan dibuka kios di Kobakma, yang diberikan nama
„SUMUR SUSAH“. Pada waktu yang bersamaan masyarakat di Kobakam didorong untuk membuka ladang untuk kacang tanah. Mereka diberitahukan, bahwa kacang tanah yang dihasilkan semua dapat dijual kepada toko Sumur Susah dengan harga tukar yang ditentukan bersama-sama dengan masyarakat.
Pada awal Sumur Susah dijalankan dengan sistem barter karena masyarakat sudah mengetahui sistem barter dari penukaran babi dengan sayur. Di sumur susah kacang kemudian ditukar dengan barang toko.
Waktu itu (2004) nilai tukar adalah sebesar Rp 5.000 untuk 1 kg kacang. Sistem kg diperkenalkan untuk masyarakat yang selama ini memakai sistem kaleng blueband saja. (1 kalang blueband = 800 gr).
(Sampai tahun 2008 harga tukar sudah naik menjadi Rp. 12.000 per kg kacang tanah, karena harga kacang di kota Wamena juga telah meningkat dari dulu Rp. 15.000 sampai sekarang sudah naik sampai ke Rp. 22.000 per kg).
Setelah program sumur susah di Kobakma dimulai maka dilihat, bahwa masyarakat belum memiliki ilmu yang cukup untuk menjalankan suatu usaha secara mandiri. Dari analisa tersebut muncul ide untuk membuka suatu Sekolah Bisnis di kota Wamena sebagai tempat latihan untuk masyarakat dari berbagai pos untuk belajar dasar-dasar ekonomi dan dasar-dasar administrasi kios. Pada tahun 2004 telah dibuka
sekolah bisnis YABUK SURUKON untuk mengajar masyarakat.
Karena dilihat kebutuhan untuk membawa hasil bumi keluar dari kampung ke kota, maka telah terjadi diskusi tentang cara yang paling baik yang dapat dipakai untuk membantu masyarakat. Setelah dibangun hubungan dengan Yayasan jasa penerbangan Yajasi dimulai dengan PROGRAM SAYAP-SAYAP untuk membantu masyarakat dengan menawarkan jasa penerbangan. Kemudian Yajasi siap untuk selalu mengangkut hasil bumi dari kampung ke kota, seandainya masyarakat sudah siapkan sebanyak 400kg hasil bumi. Dengan cara tersebut, masyarakat didorong untuk meningkatkan produksi.
Setelah sudah dapat disediakan jasa penerbangan dipikirkan lagi bagaimana PROGRAM SUMUR SUSAH dapat dikembangkan lagi. Sering kali Bapak Bogola telah memesan barang toko dari Wamena dan membayar barang toko tersebut dengan cara pengiriman kacang tanah, yang kemudian dijual di kota Wamena. Nama program Sumur Susah telah dipilih untuk menunjukkan, bahwa setiap pengusaha yang mau berhasil (yang mau minum air) harus ada kerja keras (untuk menggali tanah dan membangun sumur).
Sesuai dengan permintaan dari masyarakat yang tidak ada hasil bumi, maka Bapak Bogola bersama Hans Daby telah memulai untuk menjual barang toko untuk uang (berarti sistem penukaran barang dengan barang (barter) digabung dengan sistem penukaran barang dengan uang). Untuk meningkatkan pengetahuan antara pengusaha kios di pos-pos kemudian dikembangkan berbagai jenis kursus pelatihan untuk pengusaha kios.
Pada tahun 2006 telah dipilih 3 Cluster (daerah tertentu), yaitu daerah Yalimo, Yahukimo dan Tolikara untuk meningkatkan pelayanan YOP dan juga melayani di daerah yang baru. Daerah yang selama ini dilayani adalah daerah Yalimo: Kobakma, Pass Valley, Apahapsili, Landikma, Hubliki, Elelim, Iluga.
Perbeaan antara Pos di sekitar Wamena (dengan cuaca dingin) dan Pos di daerah panas adalah, bahwa pos panas dapat menyediakan hasil bumi sedangkan pos Pass Valley (pos dingin) dapat menyediakan jasa nilai tambah. Untuk meningkatkan nilai pos Pass Valley Bapak Yorim Endama telah memulai bekerja sama dengan beberapa kelompok untuk mendirikan berbagai jenis usaha dengan tujuan untuk menambah nilai produk. Pada tahun 2005 telah direncanakan dan dibangun suatu gedung (”DEPOT”) yang kemudian dipakai sebagai grosir (toko besar) untuk mengirim barang toko ke Pos dan untuk menyalurkan barang toko kepada pengusaha kios yang tinggal di daerah Pass Valley. Depot sekarang diurus secara mandiri oleh Bapal Amsal Daby yang juga berasal dari Pass Valley.
Keunggulan dari kota Pass Valley adalah, bahwa ada listrik, ada jalan ke kota dan ada lapangan terbang yang bermutu baik. Karena itu telah dilihat peluang untuk transportasi yang effektif.
Tujuan Program Depot:
Di dalam toko DEPOT dijual sembilan barang pokok. Penjualan hanya dijalankan dalam partai besar seperti misalnya per karton, jadi selama ini belum ada penjualan eceran. Pengurus Depot membeli 9 Bahan pokok di Sentani, Jayapura dan Wamena dalam jumlah besar untuk nanti dijual ke masing-masing pos dimana ada pengusaha kios yang ingin memesan barang (per karton) untuk kemudian dijual oleh pengusaha kios di kampung-kampunh secara eceran.
Tujuan Depot adalah untuk menyediakan barang dengan harga baik dalam karton kepada pengusaha di pos yang kemudian dijual secara eceran oleh para pengusaha kios di sekitar daerah Pass Valley dan di pos yang dapat dicapai dari Pass Valley. Pengusaha kios yang memesan barang di Depot hanya perlu membayar biaya transport dari Pass Valley ke pos, sedangkan biaya transport dari Sentani ke Pass Valley ditanggung oleh pihak Depot, berarti harga jual barang di Depot sudah mencakup biaya transport dari Sentani ke Pass Valley.
Jenis barang yang dijual adalah barang yang dibutuhkan di masyarakat (yang diketahui dari survey kebutuhan di masyarakat).
Karena sudah banyak koperasi di Papua gagal, YOP telah menilai bahwa sistem koperasi tidak cocok dengan kebudayaan orang Papua karena orang Papua tidak terbiasa untuk berusaha bersama dalam kelompok besar. Kalau kerja keras bersama di kebun atau untuk memperbaiki jembatan atau lapangan terbang masyarakat bisa buat, tetapi karena sistem kekeluargaan yang kuat, maka banyak orang menanggap bahwa semua harta dimiliki bersama, maka usaha bersama biasanya cepat hancur karena harta dibagi antara pengusaha dengan keluarganya daripada diinvestasikan untuk memajukan usaha. Dari pikiran itu muncul, bahwa koperasi tidak cocok untuk situasi di Papua (di samping itu telah sering kali terjadi, bahwa seorang bendahara atau pengurus yang tidak jujur lari dengan uang koperasi).
Setelah staff YOP telah turun ke kampung untuk survey lagi dan untuk memberikan nasehat untuk perdagangan sayur dari desa ke kota, maka dilihat, bahwa kebanyakan masyarakat belum siap untuk menerima nasehat dan belum mengerti sistem pemasaran yang dipakai di kota. Mereka belum cukup banyak inisiatif untuk mencoba sendiri. Mereka perlu diajar dan harus dapat latihan praktek. Karena YOP telah melihat masalah tersebut, maka telah dimulai dengan PROGRAM INKUBATOR dan dibuka kios percontohan OIKIOS...
...dan kemudian
OIBENGKEL sebagai bengkel latihan reparasi.
Pada tahun 2007 ditambah OIRENTAL, dimana peserta pelatihan belajar pemakaian computer untuk dapat menyediakan jasa pengetikan kepada masyarakat. Di tempat-tempat latihan tersebut para peserta dapat belajar praktek berusaha secara langsung sampai mereka merasa mampu untuk menjalankan suatu usaha mikro secara sendiri. Dalam waktu dekat direncanakan pembukaan suatu toko Agro yang membeli sayur dari masyarakat dan menjualnya kepada masyarakat atau kepada salah satu agen di Sentani.
Sekolah bisnis yang dulunya bernama sekolah Yabuk Surukon telah mengubah namanya menjadi BALAI LATIHAN BISNIS, karena kurikulum lebih mirip dengan balai latihan daripada dengan sekolah (karena sistem kursus mingguan). YOP telah melihat bahwa tanpa memiliki ilmu dan pengetahuan tidak ada orang yang dapat menjalankan suatu usaha. Kebutuhan masyarakat telah terjawab dengan tempat latihan dan pelayanan melalui banyak kursus untuk pengusaha produksi, perdagangan dan jasa yang memiliki inisiatif dan motivasi sendiri.
Kerjasama yang baik antara YOP dengan bank BRI telah membuka peluang kepada beberapa pengusaha yang berhasil (tetapi yang kekurangan modal) supaya mereka mendapat kesempatan untuk menerima kredit usaha. Pengusaha yang telah mengikuti pembinaan di balai latihan bisnis dan yang menunjukkan motivasi yang besar, kemudian dapat diberikan rekomendasi untuk mendalat kredit mikro dari bank BRI.
Kesimpulan:
Semua program pembinaan yang dijalankan oleh YOP bertujuan untuk membantu orang Papua yang berinisiatif dan bermotivasi untuk belajar dengan menggabungkan praktek dengan ilmu pengetahuan yang disesuaikan dengan konteks Papua, supaya putra dan putri Papua dapat menggali potensi dalam diri sendiri mereka dan untuk maju bersama-sama dengan keluarga mereka.
Tanpa kesediaan untuk mengubah pola pikir, tanpa pertobatan yang sungguh-sungguh dari kepercayaan animis dan tanpa kerja keras tidak dapat diharapkan kemajuan, tetapi kalau semua persyaratan tersebut yang mutlak dibutuhkan untuk memungkinkan kemajuan sudah ditemukan, maka ada harapan, bahwa dapat diciptakan dan dibina lebih banyak pengusaha Papua yang sejati di Tanah Papua yang tercinta ini.
SEMOGA!